-->
w
| Tentang | Ketentuan| Privacy & Policy | Disclaimer | | Alamat : Jalan Desa Harapan Sudirman No. 71A Duri Riau 28884 |
| ☎ Call / Chat Wa : 0853 6582 0822 | ✉ Email :admin@duririau.com |

Kami menjual Rumah Siap Huni, Kaplingan Strategis, juga menerima Borongan Bangunan




Harga Promo Khusus Member, Ayo bergabung, S & K Berlaku



Popular Post

Selasa, 16 November 2010

KEKAYAAN PALUNG LAUT INDONESIA

Penjelajahan ke Palung Jawa 

Mencari Satwa Langka hingga Tambang Emas 



Indonesia yang memiliki ribuan pulau dan dua pertiga wilayahnya berupa lautan, hampir 
seluruh wilayahnya dibatasi laut. Perairan di kawasan timur dan selatan negeri 
Nusantara ini bahkan tergolong laut dalam, yaitu 200 meter lebih dari permukaan laut. 
Laut yang terdalam diketahui berada di Laut Banda. 

Selain di perairan Maluku itu, di selatan Pulau Jawa yaitu di Samudera Hindia juga 
ditemukan jurang di dasar laut disebut Palung Jawa yang kedalamannya mencapai 7.727 
meter. Jurang di dasar laut ini memang merupakan satu dari 22 palung di Bumi yang 
tersebar di Samudera Pasifik, Atlantik, Lautan Antartika, Lautan Artik, dan Lautan 
Hindia. Di antaranya yang terdalam adalah Palung Mariana dengan kedalaman 11.022 meter 
dari permukaan laut. Kedalamannya itu lebih tinggi dari puncak Gunung Everest yang 
tertinggi di dunia.

Seperti juga palung-palung lainnya, Palung Jawa terbentuk akibat pertemuan lempeng 
benua, yaitu lempeng Australia dan Euroasia. Adanya dinamika geologis ini menyebabkan 
daerah di sekitarnya kaya bahan tambang. 

Penelitian menyebutkan, jebakan hidrokarbon berada di Samudera Hindia, bahkan diduga 
40 persen produksi minyak lepas pantai di dunia berada di kawasan ini, seperti uraian 
Deputi bidang Teknologi Pengembangan Sumber daya Alam BPPT, Bambang Setiadi. Hal ini 
yang membuat Palung Jawa bukan sekadar bernilai strategis untuk tujuan ilmiah, namun 
untuk eksplorasi potensi sumber daya alam yang mempunyai nilai ekonomis.

Penelitian geologi

Penelitian kelautan di Samudera Hindia telah banyak dilakukan selama ini, di antaranya 
yang melibatkan kapal riset dan peneliti Jepang. Ekspedisi dengan kapal riset Jepang 
Yokosuka pada Januari hingga Februari 2001 di antaranya menghasilkan temuan yang 
tergolong besar, yaitu terusan dari patahan geser Sumatera yang berlanjut ke selatan 
melalui Selat Sunda. 

Ujung patahan ini berada pada jarak sekitar 200 km sebelah selatan Kota Pelabuhan 
Ratu. Dari penelitian ini dapat diketahui mekanisme aktivitas tektonik dan kaitannya 
dengan bahaya gempa dan tsunami yang diakibatkan oleh aktivitas patahan ini. 

Penemuan penting lainnya di Samudera Hindia adalah adanya sumber gas metan. Di daerah 
basin perairan selatan Jawa Barat ditemukan rembesan gas metan yang muncul ke 
permukaan dasar laut melalui patahan. Hal ini ditandai dengan kehadiran jenis kerang 
yang hanya mengonsumsi metan.

Tahun ini penelitian geologi dan geofisika kelautan lanjutan akan dilakukan Indonesia, 
dalam hal ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), IAGI (Ikatan Ahli 
Geologi Indonesia), HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) bekerja sama dengan 
Jepang yaitu Japan Marine Science and Technology Center (Jamstec). 

Kerja sama penelitian kelautan antara kedua negara kali ini memasuki babakan yang 
penting. Dalam ekspedisi selama 28 hari sejak 6 Oktober mendatang yang diberi nama 
Indonesia-Japan Deep Sea Expedition "Java Trench" 2002 ini, akan digunakan kapal selam 
Shinkai yang dapat menyelam hingga kedalaman 6.500 meter dari permukaan laut.

Ekspedisi laut dalam dengan kapal selam Shinkai 6500 di Palung Jawa merupakan 
penelitian pertama di Indonesia yang dilakukan hingga ke dasar laut, yaitu sampai 
kedalaman 4.500 meter dari permukaan laut.

Penyelaman dengan kapal selam mini ini akan dilaksanakan di sekitar Palung Jawa yang 
terletak di perairan selatan Lampung, Selat Sunda, dan selatan Jawa Barat. Kapal selam 
riset berawak dalam ekspedisi itu akan diangkut Kapal Riset Yokosuka sebagai kapal 
induk untuk ekspedisi itu. 

Shinkai 6500 merupakan generasi kedua kapal selam riset Jepang yang dapat diawaki oleh 
satu peneliti dan dua operator untuk setiap penyelaman. Shinkai saat ini merupakan 
satu-satunya kapal selam di dunia yang mampu menyelam pada kedalaman 6.500 meter.

Tujuan dari ekspedisi dasar laut di Palung Jawa itu adalah untuk meningkatkan 
pemahaman terhadap fenomena di Palung Jawa secara umum. Ekspedisi kali ini merupakan 
kelanjutan dari ekspedisi sebelumnya yang telah mengidentifikasikan adanya potensi 
minyak dan gas bumi. 

Ekspedisi laut dalam juga dimaksudkan untuk mempelajari proses geodinamika bagian 
barat dan implikasi terhadap sejarah pembentukan cekungan dan mineralisasi yang 
terjadi, dan mengamati kehidupan laut dalam.

Kawasan laut dalam merupakan salah satu tempat di permukaan Bumi yang masih sedikit 
diketahui tentang gejala fenomena yang ada di dalamnya. Di Indonesia sendiri, hingga 
kini belum pernah ada penelitian laut dalam, ujar Ridwan Djamaluddin, Direktur TISDA 
(Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam).

Padahal, laut dalam diketahui merupakan kawasan kaya akan sumber daya alam dan sumber 
daya energi. Pada masa yang akan datang laut dalam akan memiliki manfaat sangat 
strategis untuk memenuhi kebutuhan sumber tersebut sehubungan dengan semakin 
menipisnya cadangan sumber daya alam dan energi di daratan dan laut dangkal.

Menurut Menristek Hatta Radjasa, ekspedisi ini penting untuk membantu memahami 
fenomena geologi laut dalam di perairan bagian barat Indonesia, khususnya di wilayah 
laut selatan Jawa Barat yang merupakan bagian dari Palung Jawa. 

Dalam ilmu geologi, daerah ini dikenal aktif dan merupakan salah satu bagian laut 
terdalam di Indonesia. Informasi ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan iptek dan 
peningkatan daya guna sumber daya alam, baik sumber daya geologi yang berupa mineral 
dan migas maupun sumber daya hayati. Selain itu, keuntungan yang akan didapatkan dari 
pengamatan terhadap fenomena-fenomena di laut dalam antara lain dapat mengetahui 
sejarah kerak bumi. 

Ekspedisi Palung Jawa

Ekspedisi Palung Jawa akan melibatkan 15 ilmuwan, yaitu 9 peneliti dari Indonesia, 4 
dari Jepang, dan 2 dari Jerman. Tim Indonesia terdiri dari Tim Inti dan Tim Pendukung. 
Tim Inti terdiri dari empat peneliti yang akan turut dalam penyelaman (Oceanot). 
Mereka itu adalah Yusuf Surachman, Agus Guntoro, Hananto Kurnio, dan Mufti P Patria.

Yusuf Surachman Dj (44), peneliti di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi 
Inventarisasi Sumberdaya Alam BPPT ini, mendalami bidang geofisika di ITB (S1) dan 
Geologi Kelautan di Institut Riset Kelautan Universitas Tokyo (S2) Jepang.

Agus Guntoro (40) dari Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas 
Trisakti, menamatkan S1 di FT Mineral Usakti dan melanjutkan program doktor ilmu 
geologi di University of London.

Hananto Kurnio (44) dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Departemen 
Energi dan Sumberdaya Mineral. Pendidikan sarjana S1 ia tempuh di Jurusan Geologi FT 
Unpad dan masternya bidang geologi lingkungan di University Wollongong, New South 
Wales, Australia, tahun 1993. 

Mufti P Patria (40) dosen di Jurusan Biologi FMIPA UI. Menempuh pendidikan S1 di 
jurusan yang sama. Sedangkan masternya diraih dari Departement of Marine Science and 
Coastal Management University Newcastle Inggris dan doktor dari Zoologiesches 
Institute Universitas Hamburg Jerman.

Tim Pendukung adalah Dr Ir Ridwan Djamaluddin MSc, Direktur Teknologi Inventarisasi 
Sumber Daya Alam BPPT, Ir Andri Slamet Subandrio Mubandi Dipl Geol dari Departemen 
Geologi Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral ITB; Ir Ichwan Makmur Nasution 
MSc dari Pusat Riset Wilayah Laut & Sumber Daya Nonhayati, BRKP-DKP; Ir Adriansyah PhD 
dari Divisi Hulu, Geofisika Jasa Teknologi Pertamina; Dr Chaidir dari Pusat D2 TFM 
Deputi Bidang TAB-BPPT.

Ekspedisi di atas merupakan kelanjutan dari dua ekspedisi kelautan terdahulu, yaitu 
kerja sama BPPT dengan Jerman (Bundesanstalt fur Geowiesenschaften und Rohstoffe, BGR) 
pada tahun 1999 dan dengan Jamstec pada tahun 2001. Selain ditemukannya gas hidrat dan 
terusan patahan sesar Sumatera dari dua ekspedisi itu, jelas Yusuf Surachman, 
ditemukan beberapa hipotesa-hipotesa baru yang berkaitan dengan fenomena tektonik 
serta implikasinya terhadap kandungan sumber daya alam kelautan.

Tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk menguji hipotesa tersebut di atas dengan 
melihat secara langsung kenampakan obyek, dengan menggunakan wahana kapal selam 
penelitian Shinkai 6500. Untuk menguji hipotesa tersebut, panitia ekspedisi telah 
menerima 13 proposal penelitian yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu kelautan 
seperti dinamika kebumian, sumber daya alam, dan biogeologi.
 
Sumber :

Riset Laut Dalam BPPT-IAGI-HAGI

Sun, 08 Sep 2002 03:14:21

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar